Obat Tradisional kanker Getah bening
Manusia bisa menahan godaan dengan mengandalkan daya kemauannya.
Namun, daya kemauan dapat runtuh oleh emosi dan semakin menurun oleh
waktu. Daripada mengandalkan kemauan, sebaiknya menghindari godaan dari
sejak semula. Hasil studi terbaru oleh para peneliti dari Universitas
Cambridge dan Dusseldorf mengkonfirmasi hal tersebut.
Jika Anda sedang mencoba untuk menurunkan berat badan atau menabung
untuk masa depan, menghindari godaan dapat meningkatkan peluang Anda
untuk sukses dibandingkan dengan mengandalkan kemauan.
Molly Crockett dari Universitas Cambridge mengatakan: “Penelitian
kami menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mengalahkan godaan
adalah menghindari berhadapan dengannya dari sejak semula.”
Para peneliti membandingkan efektivitas kemauan dibandingkan
membatasi akses ke godaan secara sukarela, atau apa yang mereka sebut
sebagai prakomitmen (Contoh prakomitmen adalah menghindari membeli
makanan yang tidak sehat dan menempatkan uang di rekening tabungan yang
mengenakan denda besar bila melakukan penarikan). Para peneliti juga
mempelajari mekanisme di otak yang berperan dalam prakomitmen untuk
lebih memahami mengapa hal tersebut sangat efektif.
Untuk penelitian ini, para peneliti merekrut relawan pria sehat dan
memberi mereka serangkaian pilihan: mereka harus memutuskan antara
godaan berupa “hadiah kecil” yang langsung tersedia atau “hadiah besar”
yang tersedia setelah penundaan. Hadiah kecil adalah gambar erotis agak
“hot” dan hadiah besar adalah gambar erotis yang “sangat hot”. Karena
manfaat gambar erotis dapat langsung dirasakan dengan melihat, para
peneliti dapat menyelidiki mekanisme kontrol diri saat para relawan
membuka gambar-gambar itu secara real-time. (Para ilmuwan tidak bisa
menggunakan uang, misalnya, karena subyek hanya bisa memetik manfaat
uang setelah mereka meninggalkan lab.)
Untuk beberapa pilihan, dengan hadiah-hadiah kecil yang terus
tersedia, dan para relawan harus menguatkan kemauan untuk menolak
pilihan itu sampai hadiah yang besar tersedia. Tapi untuk beberapa
pilihan lainnya, subyek diberi kesempatan untuk melakukan prakomitmen:
sebelum pilihan yang menggoda disampaikan, mereka boleh memilih untuk
tidak menghadapi godaan itu.
Para ilmuwan mengukur pilihan subyek dan aktivitas otak ketika mereka
membuat keputusan ini. Mereka menemukan bahwa prakomitmen adalah
strategi pengendalian diri yang lebih efektif daripada kemauan: subyek
lebih mungkin untuk mendapatkan hadiah besar ketika mereka memiliki
kesempatan untuk prakomitmen. Mereka juga menemukan bahwa orang yang
paling impulsif (orang-orang dengan tekad terlemah) adalah yang paling
diuntungkan oleh prakomitmen.
Para ilmuwan juga mampu mengidentifikasi daerah otak yang berperan
dalam tekad dan prakomitmen. Mereka menemukan prakomitmen secara khusus
mengaktifkan korteks frontopolar, daerah yang terlibat dalam pemikiran
masa depan. Selain itu, ketika korteks frontopolar terlibat dalam
prakomitmen, ia meningkatkan komunikasi dengan area yang berperan
penting dalam kemauan yaitu korteks prefrontal dorsolateral. Dengan
mengidentifikasi jaringan otak yang terlibat dalam kemauan dan
prakomitmen, penelitian membuka jalan baru untuk memahami kegagalan
pengendalian diri.
Tobias Kalenscher dari University of Dusseldorf mengatakan: “Data
otak ini menarik karena mengisyaratkan suatu mekanisme cara kerja
prakomitmen: berpikir tentang masa depan mungkin melibatkan daerah
frontopolar, yang berdasarkan hubungan mereka dengan korteks prefrontal
dorsolateral mampu membimbing perilaku terhadap prakomitmen.”
0 komentar:
Posting Komentar